Home / Kegiatan

Saturday, 19 June 2021 - 11:27 WIB

Barongsai dan Liang Liong Dharma Bhakti Sidoarjo Mampu Pertahankan Eksistensi Usai Ditinggal Pendirinya

Atraksi barongsai memukau penonton

Atraksi barongsai memukau penonton

Semenjak meninggalnya pendiri dan Ketua Klub Barongsai dan Liang Liong Dharma Bhakti Sidoarjo Ir. Nugroho Notodiputhera, tampuk pimpinan klub yang berdiri tahun 2001 ini dipegang oleh sang anak, Julius Setiawan. Seperti apa kini Klub Barongsai dan Liang Liong Dharma Bhakti Sidoarjo ditangan Julius?

Menceritakan kembali perjuangan sang papa mendirikan klub barongsai, Julius bertutur, awalnya tahun 2001 di Sidoarjo tidak memiliki klub barongsai. Bupati Sidoarjo saat itu, Win Hendrarso, menginginkan Sidoarjo punya klub kesenian barongsai sendiri. Papanya, Ir. Nugroho Notodiputhera, kemudian membeli 2 singa barongsai dan mendirikan klub Barongsari dan Liang Liong Dharma Bhakti Sidoarjo. Meski anggotanya hanya 30 orang, klub ini mampu menjadi pionir dan satu-satunya kelompok kesenian barongsai di Sidoarjo. Julius yang saat itu masih duduk dibangku SMP selalu mengikuti kegiatan papanya.

Nugroho aktif menghidupkan kesenian barongsai diberbagai event. Termasuk mendaftarkan Barongsari dan Liang Liong Dharma Bhakti Sidoarjo masuk dalam keanggotaan FORMI Kab. Sidoarjo.

“Semakin kesini barongsai Dharma Bhakti semakin berkembang, saya pelajari semua, akhirnya saya bisa bikin barongsai sendiri. Dulu yang jalan saya sama papa,” kata Julius.

Di depan rumahnya, di kawasan Pondok Jati Sidoarjo, dijadikan area berlatih barongsai. Nugroho sengaja mengundang pelatih selama 6 bulan yang melatih anggota klubnya secara intensif. “Anaknya papa disuruh belajar. Kalau tidak bisa, bisa tanya pelatih. Nanti kalau anggota klub ada yang nggak bisa, anaknya papa ini nanti yang akan mengajari,” ujar anak kedua dari 6 bersaudara ini.

Pada tanggal 13 September 2015, duka menyelimuti keluarga besar Julius, Nugroho yang dikenal sebagai Ketua Walubi (Perwakilan Umat Buddha Indonesia) Kab. Sidoarjo itu meninggal dunia. Kepergiaan pria yang juga pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sidoarjo ini membawa duka mendalam pada keluarganya, tak kerkecuali keluarga besar FORMI Kab. Sidoarjo. Sebab, Nugroho dikenal sebagai pengurus aktif organisasi olahraga rekreasi itu dan baru saja menciptakan Naga Doreng.  

Terus Berlatih

Sepeninggal papanya, Barongsari dan Liang Liong Dharma Bhakti Sidoarjo terus berjalan. Julius dipercaya meneruskannya. Kini, sudah ada 50 orang bergabung. Julius tetap mengelar latihan rutin setiap Hari Jumat dan Minggu di depan rumahnya mulai pukul 15.00 WIB. Siapapun boleh bergabung dengan klubnya asal ada kemauan. Meski barongsai adalah tarian tradisional Cina, tapi keanggotaan klub ini tidak terkotak pada ras dan agama tertentu. Sebanyak 90 persen mayoritas anggotanya adalah orang muslim.

Julius Setiawan, Ketua Barongsai dan Liang Liong Dharma Bhakti Sidoarjo sedang mengerjakan pesanan barongsai

Saat latihan, Julius mengatakan, semua melakukan gerakan dan latihan yang sama. Jika ada anggota baru bergabung, mereka akan mengikuti masa penyesuaian selama 3 bulan.

Baca juga  Persiapan Panitia Ngontel Bareng dan Gebyar Senam, Memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Sidoarjo

“Kalau latihan posisi kuda-kuda, semua latihan kuda-kuda, kalau latihan lompat, lompat semua, kalau musik, musik semua. Nanti setelah 3 bulan dilihat anak ini lebih condong kemana, begitu dia condong pada musik, ya ditaruh dimusik. Kalau jumping-nya lebih tinggi, berarti cocok untuk kepala. Kalau dia tidak bisa jumping, tapi kuda-kuda kuat, dia bisa jadi ekor. Mereka ini dasarnya bisa semua,” ujar Julius yang menyebut anggotanya memiliki rata-rata usia sekolah dasar hingga 30 tahun.

Grupnya sengaja tidak disiapkan untuk mengikuti kompetisi. Dia murni menjadi grup barongsai yang memberi hiburan atraktif. Diiringi musik khas dari tambur, gong tanpa bulatan kecil dan simbal, barongsai menjadi hidup dan meriah, siapapun akan tertarik melihat atraksinya.

Sering Diundang Mengisi Acara

Julius sekarang sudah memiliki 20 barongsai dari yang awalnya hanya punya 2 barongsai. Darimana Julius bisa mendapatkan banyak barongsai? Rupanya 6-7 tahun yang lalu, Julius sudah belajar membuat barongsai. Saat ada barongsai rusak, Julius mencoba membongkar barongsai itu. Dia pelajari pola dan bahannya. Kini dia lancar membuat barongsai dan seing banjir order tiap Lebaran Idul Fitri dan Hari Raya Imlek.

Pesanan barongsai dan permintaan barongsainya tampil dalam berbagai acara berjalan beriringan. Julius mengatakan, pesanan barongsai datang rata-rata dari komunitas pencak silat. Permintaan agar klubnya tampil menghibur sering datang saat Hari Raya Imlek hingga Perayaan Cap Goh Meh, Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus dan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Saat banyak diminta mengisi acara, dalam sehari dia dan grupnya bisa mengisi di 4 tempat. “Cuma kalau sekarang nggak ngoyo, kasian anak-anak, sekarang saya buat sehari maksimal 2 tempat. Soalnya kenapa? Kalau hari ini saya forsir 3-4 tempat, takutnya besok tidak bisa main,” ungkap Julius yang ditemui saat membuat pesanan barongsai di rumahnya.

Kesenian barongsai di Sidoarjo terbukti tetap berjalan meski kini dilanjutkan oleh generasi kedua. Barongsai Sidoarjo tidak hanya menghadirkan sebuah hiburan tapi juga rasa solidaritas sosial. (rr)

Share :

Baca Juga

Kegiatan

Bangun Komunikasi dan Kekompakan Pengurus, MG. Hadi Sutjipto Yakin KORMI Kab. Sidoarjo Jadi Barometer di Jatim

Kegiatan

KOPER Sidoarjo Gelar Tasyakuran HUT Ke-7 dan Ngontel Bareng

Kegiatan

HUT Ke-1 DPC Perwatusi Sidoarjo, Makin Dekat dengan Masyarakat Sidoarjo

Kegiatan

HUT Ke-20 FORMI Kab. Sidoarjo Bersatu Menggiatkan Olahraga Rekreasi Bersama Masyarakat

Kegiatan

Bertabur Kegembiraan Pada Puncak Perayaan HUT Ke-22 KORMI Sidoarjo

Kegiatan

STI Delta Pertiwi Pengcab Sidoarjo, Segarkan Pikiran, Olahraga di Surabaya dan Jalan-jalan ke Madura

Kegiatan

Street Drum Sidoarjo Berbagi Sandangan Gratis

Kegiatan

Pemilihan Ketua Umum IPSS Putu Sudika Gantikan Karnowo
?>