Dipenghujung tahun 2019 atlet BMX Sidoarjo Zimmi Akhmad menyelesaikan tantangan mengikuti Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) ke-V di Samarinda, Kalimatan Timur, Minggu (17/11/2019). Zimmi mengikuti lomba kategori BMX Flatland Open dan berhasil meraih juara 2.
Kemenangan Zimmi menyusul raihan prestasi sebelumnya dalam tahun ini, diantaranya meraih peringkat 22 dunia pada ajang BMX Flatland World Competition Flat Ark 2019 di Jepang, meraih peringkat 37 dunia pada FISE World Series 2019 di China, dan 2019 Urban Cycling Union Cycliste Internasionale (UCI) World Championship di China berhasil meraih peringkat 34 dunia. Penghargan dalam negeri dia raih pada gelaran BMX Local Heroes di peringkat 2, Indonesia Open X-Sports Championship (IOXC) kategori Internasional BMX Flatland di peringkat 9.
Masih banyak lagi kompetisi nasional dan internasional yang sudah diikuti Zimmi sepanjang karirnya di dunia BMX. Dia berujar, termotivasi oleh teman-temannya yang ingin bisa terus mengembangkan BMX Flatland, disamping merepresentasikan negara masing-masing.
“Banyak negara lain yang masih belum tahu ternyata ada rider BMX dari Indonesia, mereka sering tanya berapa, sih, rider yang ada di Indonesia, dan Indonesia di mana, karena banyak mereka yang belum tahu Indonesia di mana,” kata Zimmi yang turut mengenalkan Indonesia melalui BMX.
Sengaja mengikuti event internasional, lanjut Zimmi, karena itu bisa dijadikan tolok ukur kemampuannya agar lebih baik. “Karena pasti beda kelasnya karena level-level dunia itu jelas mereka sangat bagus, disamping mereka bisa latihan satu hari 6-8 jam untuk bisa konsisten melakukan trik dikompetisi. Karena, kan, feel-nya pas latihan atau pas biasa beda dengan kita bertanding di arena. Kalau latihan selalu konsisten, tapi waktu di arena dikasih waktu 3 menit kadang masih touching (kaki menginjak tanah), ada yang gagal triknya, ada yang bisa 2-3 trik aja,” lanjutnya.
Keaktifannya menggeluti olahraga ini mengesampingkan usianya yang terus bertambah. Dia melihat di negara lain, rider BMX yang masih aktif bertanding mencapai usia 50 tahun. “Saya ingin sampai semampunya,” kata Zimmi yang belum tahu kapan dia akan pensiun dari BMX.
Dengan banyaknya pengalaman dan penghargaan, pria Sidoarjo yang menetap di Bali ini menganggap capaiannya sebagai sebuah kebanggaan dan kenangan. “Ternyata saya pernah mengikuti event di sini, saya bisa mewariskan cerita itu untuk anak cucu, meskipun medali itu tidak bisa dijual kecuali emas bisa dijual, ya,” selorohnya.
Ketangguhannya mengikuti berbagai lomba setiap tahun dilakoni Zimmi dengan usaha keras, dimulai dari pertama kali dia tertarik dengan sepeda BMX saat masih jadi pelajar SMPN 1 Buduran. Zimmi yang hobi berselancar ini sering berlatih trik dan teknik BMX flatland. Jenis flatland dipilih pasalnya di Sidoarjo belum ada fasilitas latihan yang mendukung selain tanah datar di area kosong. Dengan modal latihannya itu, Zimmi memberanikan bertanding pada tahun 2003 di Bali. Pada lomba perdananya dia berhasil duduk di peringkat 4.
“Sampai sekarang pun masih belum ada tempat (fasilitas), BMX butuh tanah yang datar. Harapannya Pemerintah Sidoarjo bisa memberikan sarana dan itu juga untuk menciptakan regenerasi karena sebenarnya potensi bibit ini nanti di Olimpiade 2024,” kata anggota BMX Sidoarjo kelahiran 25 Mei 1985.
“Makanya UCI (UCI World Championship) saya ambil di China, mereka (panitia) mengumpulkan potensi berapa kuota negara yang ikut BMX ini, worth it nggak kalau masuk di Olimpiade 2024 di Prancis,” kata Zimmi yang ingin bisa lolos bertanding ajang olahraga antarbangsa itu. Mimpi Zimmi masih panjang di jalur BMX. Dia masih harus mengikuti tahapan untuk mencapai targetnya. Dengan dukungan asosiasi yang mewadahi sepeda BMX serta pemerintah, Zimmi berharap bisa mendorong kiprah para rider BMX. (rr)