Menyenangkan. Itulah yang dirasakan Dra. Hj. Masfufah, M.MPd., dan Rahaju Agustini, S.Sos., saat ditanya komentarnya mengikuti olahraga dansa line dance. Masfufah menyebut bukan hanya menyenangkan, tetapi line dance baginya dan teman-teman seusianya bisa menghindarkan otak dari kepikunan dan kaki dari osteoporosis.
Dalam olahraga dansa line dance, pedansa diajak untuk melakukan gerakan dasar sesuai stepsheets, dikombinasi dengan koreografi dan irama musik yang dimainkan, hingga membuat rangkaian langkah yang indah. “Line dance ada hitungan dan ketukan yang dihafalkan, setiap lagu langkahnya lain,” kata Masfufah yang kini berusia 62 tahun.
Namun ada gerakan yang dianggapnya sulit, yaitu waltz dan rumba. “Waltz sepertinya mudah. Gerakannya kalem, tapi langkah kakinya harus panjang, badan tegap. Tapi kalau yang lain seperti chacha seperti bersenang-senang,” timpal Rahaju yang duduk bersebelahan dengan Masfufah.
Tidak hanya Masfufah dan Rahaju yang menyukai line dance, tapi masyarakat Sidoarjo mulai tertarik melakukannya. Terlihat saat Hari Minggu pagi di lokasi car free day digelar olahraga dansa line dance warga bergerak berdansa bersama di Jalan A. Yani Sidoarjo.
Jika warga tertarik mendalami line dance, FORMI Kab. Sidoarjo memiliki induk organisasi senam line dance yaitu Ikatan Langkah Dansa Indonesia (ILDI) Sidoarjo. Masfufah yang menjabat sebagai Ketua ILDI Sidoarjo sejak ILDI Sidoarjo terbentuk tahun 2015 mempersilahkan warga yang ingin ikut latihan. Setiap Hari Rabu Pukul 10.30 WIB dibuka latihan bersama bagi pemula, sedangkan Hari Selasa Pukul 07.30 WIB latihan bersama untuk kelas lanjutan dan professional bagi pengurus. Lokasi latihan di kantor sekretariat FORMI Sidoarjo, Jalan Dr. Soetomo No. 1.
Pada setiap pertemuan latihan, pedansa baru maupun pengurus yang hadir diminta untuk mengulang gerakan yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

“Lalu ditambah lagi 1 atau 2 gerakan karena setiap lagu punya gerakan baru. Makanya kita disuruh mengingat untuk menanggulangi kepikunan. Dari situ kita belajar mengingat. Misalnya lagu Rindu Lukisan, ya kita hafalkan gerakannya,” ujar Masfufah yang pernah menjabat sebagai Ketua Universal Line Dance Sidoarjo dan mantan Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Sidoarjo.
Mensosialisasikan ILDI
Keberadaan ILDI Sidoarjo yang baru berusia 2 tahun terus dikembangkan pengurusnya. Pengurus ILDI selain Masfufah dan Rahaju, antara lain bendahara Ninin dan Emy Setyowati, serta bagian litbang Made Laksmi dan Febru Mahardika.
“Tujuan terbentuknya ILDI untuk memasyarakatkan line dance. Mengapa line dance? Karena line dance merupakan salah satu olahraga. Olahraga kan, olah tubuh tapi line dance diikuti dengan melatih otak supaya tidak cepat pikun. Selain itu juga kita yang sudah sepuh bisa terhindarkan dari osteoporosis,” kata Rahaju.

Rahaju menambahkan, ILDI ingin bekerjasama dengan organisasi wanita seperti TP PKK dan para karyawati perusahaan atau dinas. “Itu yang kita ingin lakukan pada jangka kedepan merangkul organisasi wanita di Sidoarjo. Sebagian sudah ada yang masuk dan ikut line dance, seperti IWAPI. Meski tidak seluruhnya, tapi ya ada yang ikut,” lanjut Rahaju.
Rencana kedepan, Masfufah menuturkan, ILDI Sidoarjo akan melakukan sosialisasi di tingkat kecamatan. Sementara saat ini, kelompok pecinta line dance sudah tersebar dan berjalan di sanggar-sanggar senam yang membuka kelas line dance. Salah satu sanggar senam yaitu Sanggar MD di Bluru Permai Sidoarjo milik Made Laksmi.
Selain mensosialisasikan senam dansa, ILDI Sidoarjo juga membina atlet-atlet berbakat. Pada Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) Ke-IV di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tanggal 20-24 Oktober 2017, atlet ILDI Sidoarjo Made Laksmi suskes meraih juara 1 Lomba Senam Line Dance perorangan kategori usia diatas 50 tahun. (rr)
Keterangan foto utama : Pengurus dan pelatih ILDI Sidoarjo bersama Menpora Imam Nahrawi